GAMBARAN DUNIA ISLAM ABAD PERTENGAHAN
Jatuhnya Bagdad pada tahun
1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja
mengakhiri sistem kekhalifahan Abbasiyah, tetapi juga merupakan masa
awal dari kemunduran politik dan peradaban islam. Hal ini karena Bagdad sebagai
pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu
pengetahuan dan ikut pula lenyap dibumi hanguskan oleh pasukan Mongol yang
dipimpin Hulagu Khan.
Sebagai
akibat dari serangan bangsa Mongol tersebut, situasi sosial, politik,
ekonomi dan kebudayaan mengalami
masa-masa kemunduran pula. Wilayah kekuasaan Islam terpecah menjadi beberapa
wilayah independen, yang masing-masing memperkuat dan berjuang sendiri-sendiri
untuk kemajuan negerinya. Bahkan tak jarang terjadi peperangan di antara
negara-negara Islam yang telah berdiri
di masing-masing wilayah itu. Beberap peninggalan budaya dan peradaban islam
banyak yang hancur akibat serangan Mongol itu. Derita yang dihadapi oleh dunia
Islam tidak terhenti di situ. Timur Lenk, menghancurkan pusat-pusat kekeuasaan
Islam lainnya. Sehingga dengan demikian, pusat-pusat peradaban Islam yang ada
di wilayah tersebut juga mengalami kehancuran. Keadaan seperti ini baru dapat
teratasi dengan munculnya kerajaan besar yang terkenal dalam dunia Islam, yaitu
kerajaan Turki Usmani, kerajaan Islam Safawi dan kerajaan Islam Mughal.
Masing-masing kerajaan pernah mengalami masa kejayaan. Hal ini terjadi antara
tahun 1500-1800 M.
Situasi
sosial politik di kerajaan Usmani tidak menentu setelah meninggalnya Sultan
Sulaiman al-Qonuni tahun 1566 M. Kerajaan Usmani tidak lagi mempunyai
sultan-sultan yang kuat. Kerajaan ini
mulai memasuki masa kemunduran pada abad ke -18 M . Di dalam negeri timbul
pemberontakan-pemberontakan, seperti pemberontakan di Syria di bawah pimpinan
Kudi Jumbulat, di Libanon di bawah pimpinan Druze Amir Fakhrudin. Di samping
itu, terjadi juga peperangan dengan tetangga negaranya di Eropa, seperti
peperangan di Venetia (1645-1664M). Dan juga peperangan dengan Syah Abbas dari
Persia. Kelompok Jenissari juga melakukan pemberontakan menentang kebijakan
pemerintah yang telah membubarkan pasukan khusus tersebut, karena dianggap
bersekongkol untuk melawan Sultan. Pada masa itu di Eropa mulai pula timbul
negara-negara kuat, seperti Rusia di bawah Peter Yang Agung telah berubah
menjadi negara yang maju. Dalam peperangan dengan negara-negara ini kerajaan
Usmani di Eropa semakin kecil, karena banyak yang memerdekakan diri.
Sementara
itu, di Arabia bangkit kekuatan baru, yaitu aliansi antara Muhammad Ibn Abdul
Wahhab dengan penguasa lokal Ibnu Sa’ud. Mereka berhasil menguasai beberapa
daerah di Jazirah Arab dan sekitarnya di awal paruh kedua abad ke-18 M. dengan
demikian pemberontakan-pemberontakan di kerajaan Usmani terjadi ketika ia
sedang mengalami kemunduran. Gerakan ini terus berlanjut pada masa-masa
berikutnya, yaitu pada abad ke-19 dan ke-20 M. Keadaan ini bertambah ruwet
setelah munculnya gerakan pembaharuan politik di pusat pemerintahan. Kerajaan Usmani
berakhir dengan berdirinya Republik Turki yang sekuler tahun 1924 M.
Di
Persia, kerajaan Safawi mendapatkan serangan dari Raja Afghan yang bermahzab
Sunni. Amir Muhammad dapat menguasai Isfahan tahun 1722 M. Akan tetapi ibu kota
itu dapat direbut kembali tahun 1730 M oleh Nadir Syah yang kemudian ia sendiri
mengangkat dirinya sebagai Syah di Persia. Tahun 1750 M, Karin Khan dari
dinasti Zand dapat merebut seluruh kekuasaan atas Persia, dan kekuasaan ini
dirampas oleh Agha Muhammad dari dinasti Qajar tahun 1794 M, dan berakhir tahun
1925 M.
Begitu
juga situasi sosial politik di India, sepeninggal Aurangzab (1658-1707 M)
pemberontakan yang terjadi di dalam kekuasaan kerajaan Islam Mughal tidak dapat
diatasi. Pemberontakan golongan Hindu, golongan Sikh dan sebagainya semakin
memperkuat keadaan dan memperlemah kekuatan kerajaan Mughal di India. Pada
tahun 1761 M, kerajaan Mughal diserang oleh Ahmad Durrani Khan dari Afghan.
Sejak saat itu kerajaan Mughal di India berada di bawah kekuasaan Afghan,
meskipun Syah Alam masih tetap diizinkan memakai gelar Sultan.
Dalam
keadaan yang lemah seperti itu, Inggris mengangkat senjata melawan kerajaan
Mughal. Yang akhirnya kerajaan Mughal menerima perjanjian damai dengan
menyerahkan wilayah Oudh, Bengal dan Orisa kepada Inggris. Akan tetapi isi
perjanjian itu kemudiaa dibatalkan oleh Bahadur Syah (1837-1858 M). Kenyataan
ini tidak diterima oleh Inggris, sehingga Inggris melakukan penjajahan atas
negeri India pada tahun 1857 M. Setelah
bangsa Ingris menjajah India, rakyat India bangkit melawan kesewenangan yang
dijalankan kolonial tersebut. Umat Islam, Hindu, Budha bangkit bersama-sama
melawan Inggris dan berusaha memerdekakan diri dari cengkeraman penjajah
Inggris.
Situasi
yang terjadi di dunia Islam seperti itu berdampak negatif bagi pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan serta peradaban Islam. Umat Islam tidak mampu
lagi bangkit untuk menumbuh kembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban yang
dulunya pernah dikembangkan oleh umat Islam sebelum mereka. Mereka semua
berusaha mempertahankan kekuasaan Islam dari cengkreman bangsa-bangsa Barat,
sehingga banyak umat Islam yang kurang memikirkan kemajuan peradaban dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan di bidang-bidang tersebut
dimanfaatkan untuk menjajah negara-negara Islam.
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa kelemahan dunia Islam terletak dalam
bidang-bidang politik, ilmu pengetahuan, teknologi dan tidak adanya simbol
pemersatu dunia Islam. Kelemahan ini dimanfaatkan oleh negara-negara Barat
untuk menjajah negara-negara Timur yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Keadaan seperti ini baru dapat teratasi menjelang abad ke-20 M dengan munculnya
kekuatan baru dalam dunia Islam.