ONE DAY ONE HADITS (MUSLIM YANG BAIK)

thumbnail

ONE DAY ONE HADITS

Sabtu,  20 Juli 2019 / 17 Dzulqadah 1440

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُه.


MUSLIM YANG BAIK


مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976).

Kandungan Hadits

1. Tanda baiknya seorang muslim adalah meninggalkan yang mubah. Perkara mubah adalah sesuatu yang dibolehkan, yaitu perbuatan yang tidak berdampak pada pahala ataupun dosa.Muslim yang baik akan berprinsip segala gerak harus menuai pahala sekecil apapun itu. 

2. Muslim yang baik meninggalkan perkara yang yang syubhat dan perkata yang makruh, begitu pula berlebihan dalam hal mubah yang sebenarnya ia tidak butuh. Meninggalkan hal yang tidak bermanfaat semisal itu menunjukkan baiknya seorang muslim. 


3. Muslim yang baik adalah iman yang kokoh. Sebab, iman ini merupakan modal untuk menghadapi berbagai ujian dan cobaan. Sedangkan ketakwaan merupakan  realisasi dari keimanan. "Sebab, ketika takwa, orang akan selalu melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi semua larangan-Nya," katanya.

4. Muslim yang baik menyadari bahwa dirinya merupakan hamba Allah SWT, bukan hamba yang lainnya. Dalam hal ini, umat harus tahu bahwa kita diciptakan semata-mata untuk beribadah dan menyembah Allah SWT. Jadi, mulai dari bangun tidur sampai malam tiba, semua perbuatan dan ucapan kita harus diprioritaskan untuk Allah SWT.

5. Muslim yang  baik adalah yang bias menjaga sikap dan tutur katanya. Tentang keutamaan menjaga lisan ini diterangkan dalam ayat berikut yang menjelaskan adanya pengawasan malaikat terhadap perbuatan yang dilakukan oleh lisan ini. Allah Ta’ala berfirman,


وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ (16) إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ (17) مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ (18)

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” (QS. Qaaf: 16-18). Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Yang dicatat adalah setiap perkataan yang baik atau buruk. Sampai pula perkataan “aku makan, aku minum, aku pergi, aku datang, sampai aku melihat, semuanya dicatat. Ketika hari Kamis, perkataan dan amalan tersebut akan dihadapkan kepada Allah” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 13: 187).
Dalam hadits Al Husain bin ‘Ali disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ قِلَّةَ الْكَلاَمِ فِيمَا لاَ يَعْنِيهِ

“Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah mengurangi berbicara dalam hal yang tidak bermanfaat”

(HR. Ahmad 1: 201).

ONE DAY ONE HADITS (UNDIAN DALAM SHALAT)

thumbnail

ONE DAY ONE HADITH

Senin,  15 Juli 2019 / 12 Dzulqadah 1440

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُه.

.UNDIAN DALAM SHALAT 


لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الْأَوَّلِ ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلَّا أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لَاسْتَهَمُوا

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,
 “Seandainya manusia mengetahui apa yang ada (yaitu keutamaan) di dalam seruan (adzan) dan shaf pertama, lalu mereka tidak bisa mendapatkan shaf tersebut kecuali dengan undian, sungguh mereka akan melakukan undian untuk mendapatkannya.”
(HR. Bukhari 580)

Kandungan Hadits
1. Sesuatu yang dianggap penting dan sekaligus menguntungkan maka orang akan berusaha untuk memburu sekalipun antri, dan bila diundi maka dia berharap untuk mendapatkannya. Hadis tersebut menginformasikan bahwa bila saja ditampakkan kebaikan dan keutamaan berada di shaf pertama, maka orang akan berebut sekalipun harus diundi.
2. Posisi shaf pertama adalah shalat bersama malaikat.  Diriwayatkan dari Al Barra’ bin ‘Adzib bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“إن الله وملائكته يصلون على الصف المقدم، والمؤذن يغفر له مدى صوته ويصدقه من سمعه من رطب ويابس وله مثل أجر من صلى معه”

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang di shaf awal, dan muadzin itu akan diampuni dosanya sepanjang radius suaranya, dan dia akan dibenarkan oleh segala sesuatu yang mendengarkannya, baik benda basah maupun benda kering, dan dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang shalat bersamanya” (HR. Ahmad dan An Nasa’i dengan sanad yang jayyid)

3. Dalam  riwayat lain agak lebih longgar, termasuk beberapa shaf awal masih mendapat doa dari mmalaikat.  Dari Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, “Aku mendengar Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إن الله وملائكته يصلون على الصف الأول أو الصفوف الأول

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang di shaf pertama, atau di beberapa shaf yang awal” (HR. Ahmad dengan sanad yang jayyid)

Firman Allah SWT yang berkaitan dengan tema hadis tersebut adalah

 سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاء وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

“Berlomba-lombalah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.”
(QS. Al Hadiid : 21)

ONE DAY ONE HADITS (Luasnya Pengampunan Allah)

thumbnail

ONE DAY ONE HADIST 

Jumat, 12 Juli 2019 / 9 Dhulqo'dah 1440

Luasnya Pengampunan Allah


عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَاكَانَ مِنْكَ وَلاَ أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّماَءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ، يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ اْلأَرْضِ خَطاَياَ ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكْ بِي شَيْئاً لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً
[رواه الترمذي وقال حديث حسن صحيح ]

Dari Anas Radhiallahuanhu dia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: Allah ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, sesungguhnya Engkau berdoa kepada-Ku dan memohon kepada-Ku, maka akan aku ampuni engkau, Aku tidak peduli (berapapun banyaknya dan besarnya dosamu). Wahai anak Adam seandainya dosa-dosamu (sebanyak) awan di langit kemudian engkau minta ampun kepada-Ku niscaya akan Aku ampuni engkau. Wahai anak Adam sesungguhnya jika engkau datang kepadaku dengan kesalahan sepenuh bumi kemudian engkau menemuiku dengan tidak menyekutukan Aku sedikitpun maka akan Aku temui engkau dengan sepenuh itu pula ampunan “
(Riwayat Turmuzi dan dia berkata : haditsnya hasan shaheh).

Pelajaran yang terdapat dalam hadits:

1- Berdoa diperintahkan dan dijanjikan untuk dikabul-kan.
2- Maaf Allah dan ampunannya lebih luas dan lebih besar dari dosa seorang hamba jika dia minta ampun dan bertaubat.
3- Berbaik sangka kepada Allah ta’ala, Dialah semata Yang Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat dan istighfar.
4- Tauhid adalah pokok ampunan dan sebab satu-satunya untuk meraihnya.
5- Membuka pintu harapan bagi ahli maksiat untuk segera bertaubat dan menyesal betapapun banyak dosanya.

Tema-tema hadits yang berkaitan dengan Al-Quran:

1. Kemurahan Allah ta’aala

وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ

Dan katakanlah, "Ya Tuhanku, berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah Pemberi rahmat yang paling baik.” (Al Mu’minun: 118)

2. Tidak putus asa untuk bertaubat

أَفَلا يَتُوبُونَ إِلَى اللَّهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Maka mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Al Maidah : 74).

ONE DAY ONE HADITS (SYAHID)

thumbnail
ONE DAY ONE HADITS
Rabu,  10 Juli 2019 / 8 Dzulqadah 1440

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ 
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُه.

SYAHID 


Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الجَنَّةَ

“Barang siapa yang akhir perkataannya adalah kalimat ‘laa ilaha illallah’ (tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah), maka dia akan masuk surga.” (HR. Abu Daud, no. 3116)

 Kandungan Hadits  

1. Wafat dalam keadaan melafalkan kalimat tahlil adalah wafat Khusnul khatimah, wafat yang disaksikan malaikat. Wafat dalam keadaan syahid.

لِأَنَّ اللَّه تَعَالَى وَمَلَائِكَته عَلَيْهِمْ السَّلَام يَشْهَدُونَ لَهُ بِالْجَنَّةِ . فَمَعْنَى شَهِيد مَشْهُود لَهُ

“Karena Allah Ta’ala dan malaikatnya  menyaksikan orang tersebut dengan surga. Makna syahid di sini adalah disaksikan malaikat.” (Syarh Shahih Muslim, 2:142, juga disebutkan dalam Fath Al-Bari, 6:42).

2. Syahid adalah malaikat menyaksikan bahwa mereka mati dalam keadaan husnul khatimah (akhir hidup yang baik). (Lihat Fath Al-Bari, 6:43)

 3. Syahid yang mati ketika berperang melawan kafir harbi (yang berhak untuk diperangi). Orang ini dihukumi syahid di dunia dan mendapat pahala di akhirat. Syahid seperti ini tidak dimandikan dan tidak dishalatkan jenazahnya .                      .       .  
4. Syahid dalam hal pahala namun tidak disikapi dengan hukum syahid di dunia. Contoh syahid jenis ini ialah mati karena melahirkan, mati karena wabah penyakit, mati karena reruntuhan, dan mati karena membela hartanya dari rampasan.
5. Ibnu Hajar rahimahullah membagi mati syahid menjadi dua macam:

Syahid dunia dan syahid akhirat. Syahid dunia adalah mati ketika di medan perang karena menghadap musuh di depan.
Syahid akhirat, yaitu seperti yang disebutkan dalam hadits di atas (yang mati tenggelam dan semacamnya.) Mereka akan mendapatkan pahala sejenis seperti yang mati syahid. Namun untuk hukum di dunia (seperti tidak dimandikan, pen.) tidak berlaku bagi syahid jenis ini. (Fath Al-Bari, 6:44)

ONE DAY ONE HADITS (Kreteria Imam Shalat)

thumbnail

ONE DAY ONE HADITS

Selasa, 9 Juli 2019 / 6 Dzulqodah 1440

Kreteria Imam Shalat


عن أبي مسعود البدرى رضي الله عنه قال، رسول الله صلى الله عليه وسلم قال
يَؤُمُّ اْلقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللهِ ، فَإِنْ كَانُوْا فِى الْقِرَاءَةِ سَوَاءٌ فَأَعْلَمُهُمْ بِالسُّنَّةِ ، فَإِنْ كَانُوْا فِى السُّنَّةِ سَوَاءٌ فَأَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً ، فَإِنْ كَانُوْا فِى اْلهِجْرَةِ سَوِاءٌ فَأَقْدَمُهُمْ سِلْمًا (وَفِى رِوَايَةٍ : سِنًّا)، وَ لاََ يَؤُمَّنَّ الرَّجُلُ الرَّجُلَ فِي سُلْطَانِه (وفى رواية : فِي بَيْتِهِ) وَ لاَ يَقْعُدْ عَلَى تَكْرِمَتِهِ إِلَّا بِإِذْنِهِ

Dari Abu Mas'ud Al Badri Radhiyallahu Anhu berkata rasulullah sallallahu wa salam bersabda:
“Yang (berhak) menjadi imam (suatu) kaum, ialah yang paling pandai membaca Kitabullah. Jika mereka dalam bacaan sama, maka yang lebih mengetahui tentang sunnah. Jika mereka dalam sunnah sama, maka yang lebih dahulu hijrah. Jika mereka dalam hijrah sama, maka yang lebih dahulu masuk Islam (dalam riwayat lain: umur). Dan janganlah seseorang menjadi imam terhadap yang lain di luar tempat kekuasaannya. Dan janganlah duduk di tempat duduknya, kecuali seizinnya”
HR Muslim 2/133.

Kandungan hadits

1- Urutan syarat kompetensi menjadi imam shalat secara berurutan adalah;
a. Yang paling pandai membaca al-Qur’an. Jika sama-sama pandai,
b. Yang paling mengerti tentang sunnah Nabi radhiyallahu ‘anhu. Jika sama-sama mengerti,
c. Yang paling pertama melaksanakan hijrah. Jika sama dalam hal hijrah,
d. Yang lebih dahulu masuk Islam. Jika bersama masuk Islam,
e. Yang lebih tua.
Selanjutnya, yang dimaksud dengan al-aqra’, apakah yang paling baik bacaannya ataukah yang paling banyak hafalannya? Jawabannya adalah yang paling baik bacaannya. Maknanya, yang bacaannya sempurna dengan pengucapan huruf sesuai dengan makhraj dan tajwidnya. Adapun keindahan suara bukanlah syarat. Jika ada dua orang;
1. Bacaan al-Qur’annya sangat baik.
2. Bacaannya baik, namun tidak sebaik orang pertama, hanya saja ia lebih menguasai fikih tentang shalat dibandingkan dengan orang pertama. Dalam hal ini, orang kedua lebih berhak untuk menjadi imam shalat.
2-  Pembahasan ini tidak berlaku jika pada pelaksanaan shalat berjamaah di sebuah masjid telah ditunjuk imam tetap, maka imam tetap tersebut yang paling berhak selama tidak ada uzur.

Tema hadits yang berkaitan dengan Al Qur'an:

  Menjadi imam bagi orang yang bertaqwa adalah  keutamaan besar yang selalu diminta.  

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. [QS. Al Furqan (25) : 74]

ONE DAY ONE HADITS (CARA IMAN NINGKATKAN IMAN)

thumbnail

ONE DAY ONE HADITS

SENIN,  8 Juli 2019 / 5 Dzulqadah 1440

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ 
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُه.

CARA IMAN NINGKATKAN IMAN


الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ
Dalam hadits dari Abu Hurairah disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Iman itu ada 70 atau 60 sekian cabang. Yang paling tinggi adalah perkataan ‘laa ilaha illallah’ (tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah), yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalanan, dan sifat malu merupakan bagian dari iman.” 
(HR. Bukhari no. 9 dan Muslim no. 35).

Kandungan Hadits

1. Iman itu Three in one begitu hilang salahsatunya maka nilai imannya diragukan.
وَالْإِيمَانُ قَوْلٌ بِاللِّسَانِ، وَعَمَلٌ بِالْأَرْكَانِ وَعَقْدٌ بِالْجَنَانِ, يَزِيدُ بِالطَّاعَةِ, وَيَنْقُصُ بِالْعِصْيَانِ


“Iman adalah ucapan dengan lisan, amal dengan anggota badan, keyakinan  hati. Ia. Dapat bertambah dengan sebab ketaatan, dan berkurang dengan sebab kemaksiatan. (Lum’ah Al-I’tiqad Al-Hadi ila Sabil Ar-Rasyad)

2. Segala perkara yang baik, cinta ketaatan, semua pengen bertambah, terlebih dalam hal keyakinan. Iman merupakan anugerah dari Allah Ta’ala hanya untuk hamba yang disayangi-Nya. Allah Ta’ala menghiasi dada hamba yang dicintai dengan keimanan.

 وَلَٰكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ
“Tetapi Allah menjadikan kalian cinta kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hati kalian serta menjadikan kalian benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus”.
 (QS. Al-Hujurat: 7).
3. Tiga cara dahsyat dalam meningkatkan keimanan. (A). Mempelajari ilmu yang bermanfaat, di antaranya adalah membaca Al-Qur`an dan mentadaburinya, mempelajari nama dan sifat Allah Ta’ala, memperhatikan keindahan agama Islam, membaca sirah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan membaca sirah Salafush Shaleh; (B) Memperhatikan ayat-ayat Allah yang kauniyyah; dan (C) Bersungguh-sungguh dalam beramal shaleh, baik dengan hati, lisan, maupun anggota tubuh lahiriyah, termasuk berdakwah di jalan Allah Ta’ala dan menjauhi sebab-sebab yang mengurangi keimanan.

ONE DAY ONE HADITS (Membersihkan Hati dari Noda-noda Dosa)

thumbnail

ONE DAY ONE HADITS

Ahad, 7 Juli 2019 / 4 Dhulqo'dah  1440

Membersihkan Hati dari Noda-noda Dosa


عن أبي هريرة رضي الله عنه قال، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ ذَنْبًا كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِى قَلْبِهِ فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ صُقِلَ مِنْهَا قَلْبُهُ فَإِنْ عَادَ رَانَتْ حَتَّى يُغْلَقَ بِهَا قَلْبُهُ فَذَاكَ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فِى كِتَابِهِ (كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ)
“Sesungguhnya apabila seorang mukmin melakukan sebuah dosa, maka akan ada noktah hitam dalam hatinya. Jika ia bertaubat, meninggalkan dosa tersebut, dan beristighfar memohon ampun kepada Allah, maka hatinya akan menjadi bersih dan cemerlang. Tetapi jika ia kembali melakukan dosa sebelum bertaubat, maka bertambah noktah hitam tersebut sampai menutupi hatinya, maka itulah Roin yang disebutkan dalam firman Allah,”Sekali-kali tidak, bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka.” (QS. Al Muthoffifin : 14)(HR. Bukhori & Muslim)

Pelajaran yang terdapat di dalam hadist:

1- Dari hadits di atas ada satu peringatan agar kita tidak menyepelekan sebuah dosa, karena sekecil apapun dosa yang kita lakukan akan memiliki pengaruh buruk bagi hati kita, yaitu bisa mengotori hati.
2- Dan apabila dibiarkan menumpuk terus menerus melakukan dosa dan tidak dibersihkan dengan taubat. Maka suatu saat akan menjadi roin yang akan menutupi hati. Sehingga hati menjadi kotor, merusak keindahan hati, dan cahaya ilmu serta iman tidak akan bisa menembus hati yang seperti ini.
3- Akibatnya : nasehat tidak berguna lagi, keta'atan tidak ada bekasnya, dan sudah tidak takut berbuat dosa lagi.
4- Tetapi di sisi lain Rosulullah ﷺ juga memberikan petunjuk kepada kita bagaimana dan apa yang kita lakukan jika kita telah berbuat dosa agar hati kita bersih dari noktah hitam yang merusak keindahan dan memadamkan cahaya iman dalam hati. Ada tiga petunjuk yang beliau sampaikan dalam hadits ini :
1. Bertaubat
Istighfar dan taubat sering disebut beriringan. Ketika istighfar dan taubat disebut secara beriringan dalam satu ayat atau satu hadits, maka istighfar lebih dimaksudkan pada permohonan ampun, sedangkan taubat lebih pada meninggalkan sebuah dosa dan tidak akan mengulanginya lagi.
2. Meninggalkan Dosa
Ampunan hanya akan diberikan terhadap orang yang memohon ampunan dan menghentikan perbuatan maksiat yang dilakukan. 
3. Beristighfar memohon ampunan Allah
HasanBashri Rahimahullahberkata,
”Perbanyaklah istighfar di rumah, meja makan, jalanan, pasar, tempat berkumpul, dan di mana saja. Karena kalian tidak tahu kapan ampunan akan datang.” Wallahu a’lam. 

Tema hadist yang berkaitan dengan Al-Quran:

1- Dan sesungguhnya hati mereka terhalang dari beriman kepada Al-Qur'an, tiada lain karena hati mereka telah dipenuhi dan tertutup oleh noda-noda dosa yang banyak mereka kerjakan

كَلا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. (Al-Muthaffifin:14)

2- Diantara sifat-sifat orang yang takwa

- وَالَّذِينَ إِذا فَعَلُوا فاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
 Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengumpuni dosa selain dari Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedangkan mereka menyadari.[ Ali-Imron:135]Lr

ONE DAY ONE HADITS (HARAM MENDUDUKI KUBURAN)

thumbnail

ONE DAY ONE HADITS

Sabtu,  6 Juli 2019 / 3 Dzulqadah 1440

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ 
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُه.

HARAM MENDUDUKI KUBURAN


لأَنْ يَجْلِسَ أَحَدُكُمْ عَلَى جَمْرَةٍ فَتُحْرِقَ ثِيَابَهُ فَتَخْلُصَ إِلَى جِلْدِهِ؛ خَيْرٌلَهُ مِنْ أَنْ يَجْلِسَ عَلَى قَبْرٍ
Lebih baik salah seorang dari kalian duduk di atas bara api hingga membakar baju dan kulitnya; daripada duduk di atas kuburan. 
[HR Muslim, VII/41 no. 245; dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu].
Kandungan Hadis
1. Islam menempatkan orang yang telah wafat masih mempunyai martabat dan derajat yang harus dihormati, oleh karena itu tidak pantas duduk-duduk di atas kuburan seseorang, terlebih lagi orang tersebut semasa hidupnya termasuk saleh.
2. Islam melarang mematahkan tulang mayit.
Nabiyullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan :
كَسْرُ عَظْمِ الْمَيِّتِ كَكَسْرِهِ حَيًّا
ari ‘Aisyah Radhiyallah, Mematahkan tulang mayit mukmin seperti mematahkannya di saat ia masih hidup”.[HR. Ahmad (41/58 no. 24739) 
3. Islam membolehkan meletakkan tanda di atas kuburan.
Hal itu dalam rangka menandai bahwa tempat tersebut adalah kuburan, sehingga mudah diketahui dan jadi pertanda agar orang tidak berdiri danduduk di atas pekuburan. 
Anas bin Malik Radhiyallahu anhu menuturkan :
“أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْلَمَ قَبْرَ عُثْمَانَ بْنِ مَظْعُوْنٍ بِصَخْرَةٍ
Sesungguhnya Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menandai kuburan ‘Utsman bin Mazh’un dengan batu. [HR Ibnu Majah, II/152]
4. Islam melarang menandai kuburan dengan bangunan, apapun bentuknya, entah sekedar bangunan persegi panjang atau hingga kubah, maka hal itu terlarang. 
5. Di antara yang disunnahkan berkenaan dengan masalah kuburan adalah mening¬gikannya satu jengkal saja dan tidak lebih dari itu. Jabir bin Abdullâh Radhiyallahu anhu menceritakan bentuk makam Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
وَرُفِعَ قَبْرُهُ مِنَ الْأَرْضِ نَحْواً مِنْ شِبْرٍ
Makam beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditinggikan dari tanah seukuran satu jengkal. [HR Ibnu Hibban, XIV/602 no. 6635]
نَهَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُبْنَى عَلَى الْقَبْرِ أَوْ يُزَادَ عَلَيْهِ.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang untuk dibangun di atas kuburan atau ditambah di atasnya. [HR an-Nasa`i, IV/391 no. 2026]

ONE DAY ONE HADITS (BIRRUL WALIDAIN)

thumbnail

ONE DAY ONE HADITS

Jum'at, 5 Juli 2019 / 2 Dhulqo'dah 1440

BIRRUL WALIDAIN 


عن ابن مسعود رضي اللَّه عنه حين سأل رسول اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
أيُّ العَمَلِ أحَبُّ إلى اللَّهِ؟ قالَ: الصَّلاةُ علَى وقْتِها، قالَ: ثُمَّ أيٌّ؟ قالَ: ثُمَّ برُّ الوالِدَيْنِ قالَ: ثُمَّ أيٌّ؟ قالَ: الجِهادُ في سَبيلِ اللَّهِ قالَ: حدَّثَني بهِنَّ، ولَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزادَنِي

Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu tatkala bertanya kepada Rasulullah shallallahu alahi wasallam :
“Amal apa yang paling dicintai Allah ‘Azza Wa Jalla?”. Nabi bersabda: “Shalat pada waktunya”. Ibnu Mas’ud bertanya lagi: “Lalu apa lagi?”.Nabi menjawab: “Lalu birrul walidain”. Ibnu Mas’ud bertanya lagi: “Lalu apa lagi?”. Nabi menjawab: “Jihad fi sabilillah”. Demikian yang beliau katakan, andai aku bertanya lagi, nampaknya beliau akan menambahkan lagi (HR. Bukhari 7534 dan Muslim 85).

Kandungan  hadith:

1- Dengan demikian kita ketahui bahwa dalam Islam, birrul walidain bukan sekedar anjuran, namun perintah dari Allah dan Rasul-Nya, sehingga wajib hukumnya. Sebagaimana kaidah ushul fiqh, bahwa hukum asal dari perintah adalah wajib.
2- Kedudukan berbakti kepada orang tua dalam Islam  memiliki kedudukan  tinggi. Sehingga berbakti kepada orang tua bukanlah sekedar balas jasa, bukan pula sekedar kepantasan dan kesopanan tetapi ibadah yang utama bahkan dari keutamaannya mengalahkan pahala syahid.
3- BIRRUL WALIDAIN lebih utama dari jihad fi sabililah
Sebagaimana hadits Abdullah bin Mas’ud yang telah disebutkan. Juga hadits tentang seorang lelaki yang meminta izin kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk pergi berjihad, beliau bersabda:

أحَيٌّ والِدَاكَ؟، قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: فَفِيهِما فَجَاهِدْ

“Apakah orang tuamu masih hidup?”. Lelaki tadi menjawab: “Iya”. Nabi bersabda: “Kalau begitu datangilah kedunya dan berjihadlah dengan berbakti kepada mereka” (HR. Bukhari dan Muslim).
4- Birrul walidain lebih utama dari semua amalan yang keutamaannya di bawah jihad fi sabiilillah. Birrul walidain juga lebih utama dari thalabul ilmi selama bukan menuntut ilmu yang wajib ‘ain, birrul walidain juga lebih utama dari safar selama bukan safar yang wajib seperti pergi haji yang wajib. Adapun safar dalam rangka mencari pendapatan maka tentu lebih utama birrul walidain dibandingkan safar yang demikian.
5- Surga memiliki beberapa pintu, dan salah satunya adalah pintu birrul walidain. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الوالِدُ أوسطُ أبوابِ الجنَّةِ، فإنَّ شئتَ فأضِع ذلك البابَ أو احفَظْه

“Kedua orang tua itu adalah pintu surga yang paling tengah. Jika kalian mau memasukinya maka jagalah orang tua kalian. Jika kalian enggan memasukinya, silakan sia-siakan orang tua kalian” (HR. Tirmidzi 914).

Tema Hadis yang berkaitan dengan al-Qur'an :

1- Berbuat baik dan berbakti kepada orang tua bukan sekedar memenuhi tuntunan norma susila dan norma kesopanan, namun yang utama adalah dalam rangka menaati perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua” [QS. An Nisa: 36].

2- Birrul walidain atau berbakti kepada orang tua hukumnya wajib setelah adanya perentah  mentauhidkan  Allah Subhanahu wata'ala. Karena jika ditinggalkan Allah mengancam pelakunya dengan ancaman yang keras, yaitu dimasukan ke neraka yang lebih dalam lagi. 

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya” [QS. Al Isra: 23]

ONE DAY ONE HADITS (Tawakal dan Hati Yang Bersih)

thumbnail

ONE DAY ONE HADITS

Kamis,  4 Juli 2019 / 1 Dzulqadah 1440

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ 
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُه.


Tawakal dan Hati Yang Bersih


عن أبي هريرةَ رضي الله عنه عن النَّبيّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ((يَدْخُلُ الجَنَّةَ أَقْوامٌ أفْئِدَتُهُمْ مِثلُ أفْئِدَةِ الطَّيرِ)). رواه مسلم. 

Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:

"Masuklah ke dalam syurga itu para kaum yang hatinya seperti hati burung." (Riwayat Muslim)

Pelajaran yang terdapat di dalam hadist:

1- Artinya kata-kata di atas itu disebutkan: Bahawasanya mereka itu sama bertawakkal. 
2- Juga dapat diartikan: bahawasanya hati mereka itu lemah lembut.
3- Ini Hadist dasar yang paling utama dari tawakal. Dan hakekatnya: Bersandar diri kepada Allah Subhana wa Ta'ala dalam mengambil maslahah dan madhorot.
4- Tawakal inti dari al-iman, dan ketahuilah tawakal tidak melepaskan usaha yang mendatangkan sebab- sebab, seperti burung yang pagi hari mencari rizqi.
5- "Akan masuk Surga suatu kaum yang hati mereka bagaikan hati seekor burung."
Ada yang memaknainya tidak ada padanya sifat hasad, hatinya kosong dari sifat hasad, maka hatinya bagaikan hati seekor burung.
6- Orang yang hatinya penuh dengan tawakal kepada Allah Subhana wa Ta'ala dan bersih dari sifat hasad akan masuk surga.

Tema hadist yang berkaitan dengan Al-Quran:

1- Bertawakallah kamu dalam semua urusanmu kepada Allah Yang Mahahidup Yang tidak mati selama-lamanya. 

وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ

Dan bertawakallah kepada Allah Yang Hidup (Kekal) Yang tidak mati. (Al-Furqan: 58)

2- Apabila engkau bermusyawarah dengan mereka dalam urusan itu, dan kamu telah membulatkan tekadmu, hendaklah kamu bertawakal kepada Allah dalam urusan itu.

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (Ali Imran: 159)

ONE DAY ONE HADITS (MENSYUKURI USIA TUA)

thumbnail
ONE DAY ONE HADITS
Rabu,  3 Juli 2019 / 29  Syawal 1440

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ 
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُه.

MENSYUKURI USIA TUA

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : “أَعْمَارُ أُمَّتـِيْ مَا بَيــْنَ سِتِّيْنَ وَسَبْعِيْنَ. وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوْزُ ذَلِكَ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwa sesungguhnya Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Usia umatku (umat Islam) antara 60 hingga 70 tahun. Dan sedikit dari mereka yang melewatinya”. 
[HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Mâjah. ShahîhulJâmi’ 1073]

Kandungan Hadis

1. Fase tua adalah ketika kekuataan fisik sedikit demi sedikit menyusut, ketajaman mata mulai berkurang,  daya ingat menurun dan kulit mengendur serta guratan-guratan tanda penuaan pun muncul. Rambut-rambut putih sedikit demi sedikit menghiasai kepalanya. Penyakit-penyakit degeneratif pun banyak muncul pada fase ini.

2. Seorang hamba ketika usianya semakin panjang, maka ia dikembalikan ke keadaan lemah setelah kekuataan dan keadaan tidak berdaya  setelah kondisi prima Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَمَنْ نُعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِي الْخَلْقِ ۖ أَفَلَا يَعْقِلُونَ
Dan barang siapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadiannya. Maka apakah mereka tidak memikirkannya?. [Yaasiin/36:68]

3. Orang yang menua lemah dalam pikiran dan lemah dalam kekuatan, maka hendaknya mereka memanfaatkan ucapan dan daya pikir mereka untuk taat kepada Rabb mereka. Perbanyaklah dzikir, wirid tilawah dan doa.

4. Kurangi komentar di medsos, janganlah menjadi orang yang paling aktif dalam komen, tulisan orang tua sering bernostalgia, cerita masa lalu, cerita kesuksesan amal ibadah masa lalu plus keluar foto selfi sedang sujud di multajam, sedang di gate masjidil haram,   yang seharusnya hal demikian disembunyikan agar tetap terjaga keikhlasannya dan cukupkan malaikatnya saja yang mencatat. Apalagi bila terzelip niatan riya dan sumah, maka habislah kebaikan tersebut. Audzubillahi mindzalik.


5. Orang yang berumur panjang hakekatnya sedang mendapatkan kesempatan berharga dan peluang emas untuk terus  berbuat baik bagi dirinya dan menghambakan diri kepada Rabbnya. Ia membekali diri dengan berbagai amal shaleh yang mendekatkan dirinya kepada Allâh Azza wa Jalla . 
وعَنِ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :« أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِكُمْ ». قَالُوا نَعَمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ : خِيَارُكُمْ أَطْوَلُكُمْ أَعْمَاراً وَأَحْسَنُكُمْ أَعْمَالاً
Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidakkah aku beritahukan kepada kamu tentang orang yang paling baik di antara kamu?” Mereka (para sahabat) menjawab, “Ya wahai Rasûlullâh”. Beliau bersabda, “Orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang paling panjang umurnya di antara kamu dan paling baik amalnya”. [HR. Ahmad; Ibnu Hibbân; dan al-Baihaqi. dalam Shahîh at-Targhîb wat Tarhîb, 3/312, no. 3361]

Firman Allah Taala yang berkaitan dengan tema hadits tersebut adalah
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُونُوا شُيُوخًا ۚ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّىٰ مِنْ قَبْلُ ۖ وَلِتَبْلُغُوا أَجَلًا مُسَمًّى وَلَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup) sampai tua. Di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya) [Al-Mukmin/40:67]

ONE DAY ONE HADITS (ISTIDRAJ)

thumbnail

ONE DAY ONE HADITS

Selasa,  2 Juli 2019 / 28  Syawal 1440

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ 
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُه.

ISTIDRAJ


إِذَا رَأَيْتَ اللهَ يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيْهِ مَا يُحِبُّ، فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ، ثُمَّ تَلَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّىٰ إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ
 Dari ‘Uqbah bin ‘Amir Radhiyallahu anhu Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Jika engkau melihat Allâh memberi kepada seorang hamba apa yang disukainya di dunia padahal dia berbuat maksiat, maka itu adalah istidrâj. Kemudian Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat (yang artinya-red): “Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa.” 
HR. Ahmad, IV/145 


Kandungan Hadits
1. Istidraj adalah  hal atau keadaan luar biasa yang diberikan Allah Swt. kepada orang ingkar yang tipis imannya atau bahkan orang tidak beriman tetapi. Mendapatkan harta kekayaan yang berlimpah di dunia sebagai ujian sehingga mereka takabur dan lupa diri kepada Tuhan, seperti Firaun dan Karun. Oleh karena itu, jika engkau melihat Allâh Azza wa Jalla memberi kepada seorang hamba kenikmatan dunia, padahal dia terus menerus berbuat maksiat, maka ketauhilah bahwa itu adalah istidraj.

2. Dunia  dan seisinya tidak ada harganya bila dibanding dengan kehidupan akhirat. Tetapi mengapa banyak manusia tertipu dengan dunia padahal Allâh sudah ingatkan agar manusia tidak tertipu dengan dunia. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ ۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا ۖ وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ
Wahai manusia! Sungguh, janji Allâh itu benar, maka janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan janganlah (setan) yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allâh. [Fâthir/35:5]

3. Manusia sangat berambisi mengejar dunia, bahkan mereka lebih rakus, lebih tamak, lebih serakah, lebih jahat dan zhalim dalam merusak kehormatan dirinya dan agamanya dibanding dua ekor serigala yang dilepas di kerumunan kambing. Sebetulnya silahkan buru dan kejar dunia, tetapi jangan lupakan bekal untuk kehidupan di alam keabadian. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَاذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَا فِيْ غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِيْنِهِ
Duaserigala yang lapar yang dilepas di tengah kumpulan kambing, tidak lebih merusak dibandingkan dengan sifat rakus manusia terhadap harta dan kedudukan yang sangat merusak agamanya. HR. at-Tirmidzi, no. 2376; Ahmad, III/456, 460; ad-Darimi, II/304; Ibnu Hibbân, no. 3218–At-Ta’lîqâtul Hisân)

4. Dunia adalah kesempatan untuk beramal dan beribadah untuk bekal menuju akhirat. Dunia ini hanya sekejap, jadikanlah ia untuk ketaatan. Menebar kesalehan dengan ikhlas dan ittiba rasul.  Ambillah yang kita butuhkan di dunia ini dan carilah nafkah! Allâh Azza wa Jalla menjadikan dunia ini sebagai lading amal. Kita membutuhkan makan, minum, tempat tinggal, dan pakaian. Kita harus mengambil sebab-sebab untuk mulia dunia DAN akhirat. 
Allâh Azza wa Jalla berfirman dalam menyifati para siddiqun 
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
Sungguh, mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami.” [Al-Anbiyâ`/21:90]
Firman Allah SWT yang berkaitan dengan tema hadis tersebut adalah
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allâh kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allâh telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di  bumi. Sungguh, Allâh tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” [Al-Qashash/28:77]

ONE DAY ONE HADITS (AMALAN PERTAMA DAN UTAMA UNTUK ANAK)

thumbnail

ONE DAY ONE HADITS

Senin,  1 Juli 2019 / 26  Syawal 1440

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ 
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُه.

AMALAN PERTAMA DAN UTAMA UNTUK ANAK


عن عبد الله بن عمر رضي الله عنه قال، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
مُرُوْا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِيْنَ ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur tujuh tahun! Dan pukullah mereka ketika berusia sepuluh tahun (jika mereka meninggalkan shalat)! Dan pisahkanlah tempat tidur mereka (antara anak laki-laki dan anak perempuan)!
[HR. Abu Dawud, no. 495; Ahmad, II/180, 187; Al-Hakim, I/197]

Kandungan hadits:

1. Tugas terpenting sebagai orang tua  adalah mengenalkan tuhannya kepada anak-anaknya dan shalat merupakan amalan pertama dan utama yang harus dikerjakan untuk menanamkan kesadaran sebagai hamba.
2. Dalam ibadah shalat terkandung pesan tauhid, yaitu mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allâh saja.
3. Umur tamyîz (mulai berpikir dan bisa membedakan antara baik dan buruk) adalah umur tujuh tahun, sedangkan pubertas (mulai beranjak baligh) dimulai umur sepuluh tahun. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam membedakan antara umur tujuh tahun dan sepuluh tahun, agar para pendidik memperhatikan fase-fase psikologis anak.
4. Keturunan yang buruk adalah yang meninggalkan shalat. Menjadi tidak ada kebanggaan apalagi merasa memiliki bila anak keturunan sudah meninggalkan shalat. Kegagalan dunia apalagi akhirat bagi seseorang adalah ketika meninggalkan keturunannya dalam keadaan tidak mengenal Tuhannya. Sebetulnya ketidak pedulian sebagian besar orang pada shalat adalah indikator kegagalan sebagian besar orang tua dalam menunaikan amanah sebagai figure uswah hasanah di rumahtangga. 
5.

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ ۖ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا

Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. [Maryam/19:59)

6. Perintahkanlah istri, anak-anak, dan anggota keluarga yang ada di rumah kita untuk mengerjakan shalat wajib yang lima waktu sehari semalam dan tentunya dengan cara lemah lembut ketika menyuruh mereka melakukannya. Meski Rasulullah SAW membolehkan memukul, hal demikian hanya dilakukan bila tahapan-tahapan secara santun sudah tidak digubris, maka sebagai orang tua yang bertanggungjawa wajib mengambil langkas yang tegas, karena tidak ada kebaikan sedikitpun yang tersisa bila dilingkup keluarga tidak mengenal siapa Tuhannya. 

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ

Dan perintahkanlah kepada keluargamu mengerjakan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberikan rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” [Thâhâ/20:132]